“a thank you note to myself”

Teruntuk yang terkasih:
Diriku di 2001, di usia 5 dan 12, diriku pada tahun-tahun 2020-2021, serta diriku yang hari ini. —Terima kasih kuucapkan sebesar dunia.
I.
Terima kasih untuk tetap hidup meski terlahir sebelum waktunya dan menangis tanpa suara, meski harus bertahan di tengah banjir dengan tubuh mungil sebesar telapak tangan dewasa, meski tanpa peralatan medis yang layak juga dokter yang terpercaya. Terima kasih untuk membuat mamah percaya akan belas kasih Tuhan, juga percaya akan buah dari kesabaran dan ketulusan.
II.
Terima kasih untuk ketabahanmu menahan air mata terhadap semua luka dari lisan manusia, meski harus hidup berpura-pura sejak usia lima hingga hampir genap kepala dua.
III.
Terima kasih untuk tetap “tidak apa-apa” meski harus melihat ayahmu hampir dibunuh di depan matamu sendiri, meski harus mengalami kegelapan di dalam rumah selama berhari-hari, meski harus menghadapi kebingungan tentang “di depan bapa, adik, kakak, aku harus bersikap seperti apa? apa aku boleh terluka?”, meski harus merasakan pahitnya “pelarian dan pengasingan” sedang di usia itu harusnya kamu mencari banyak teman.
IV.
Terima kasih untuk tidak pernah memilih kematian meski sudah berkali-kali direncanakan. Terima kasih untuk tetap bertahan membersamai banyak orang yang mencintaimu mati-matian.
V.
Terima kasih untuk menjadi jauh lebih lapang, untuk segala maaf dan penerimaan, untuk hati yang tenang, serta keinginan untuk berumur panjang.
Aku sayang.